
Dijelaskan oleh wanita yang tercatat sebagai doktor ke-1222 UGM ini, remaja yang memiliki efikasi diri yang rendah, ekspektasi terhadap efek merokok yang tinggi, mempunyai persepsi risiko merokok rendah serta memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Hal tersebut juga berpeluang terjadi pada remaja yang mempunyai teman dekat dan tinggal dengan keluarga yang merokok. Menurutnya upaya mencegah remaja menjadi perokok merupakan agenda penting untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia di masa yang akan datang. Program pencegahan tersebut dapat dilakukan oleh pihak sekolah melalui pemberian informasi tentang merokok untuk membentuk ekspektasi efek dan persepsi merokok yang kuat diintegrasikan dalam mata pelajaran terkait, seperti pendidikan jasmani dan kesehatan serta biologi. (Humas UGM/Ika) Berikutnya...